Menggali Lebih Dalam Tentang Inflasi
Inflasi, yang sering didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara bertahap, memiliki dampak yang signifikan pada perekonomian suatu negara.
Fenomena ini memang terjadi secara alami dalam sistem ekonomi dan dapat dipicu oleh berbagai faktor.
Namun, perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang penyebab dan dampaknya untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkannya.
Sesungguhnya ada banyak hal yang bikin harga tanah terus naik. Itu sebabnya banyak orang yang tertarik untuk berinvestasi dengan membeli tanah mengingat harganya yang terus melonjak setiap tahunnya. Dan dari sisi investasi ini jelas prospek yang menguntungkan.
Harga tanah memang selalu terus naik dan tak ditentukan oleh faktor tunggal. Dan yang menarik, meski lokasi menjadi faktor penting ketika investasi di bidang properti, tapi di mana pun lokasi tanahnya harganya dapat dipastikan cenderung naik setiap tahunnya.
Dan untuk mengetahui faktor-faktor yang bikin harga tanah terus naik, simak poin-poin berikut ini seperti yang dilansir dari rumah.com:
Seperti yang kita ketahui bersama, semakin strategis lokasi tanah maka semakin tinggi pula harga jualnya. Peningkatan harga tanah memang mengacu pada pemahaman tersebut. Lokasi tanah strategis amat ditentukan oleh pertimbangan ekonomis.
Misalnya sebidang tanah yang hendak dibeli atau Anda miliki berada di pusat kota, dekat dari pusat pemerintahan, dan pusat bisnis. Belum lagi apabila kualitas lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya mendukung. Seperti tersedianya fasilitas umum dan utilitas umum.
Otomatis tanah yang lokasinya berdekatan dengan jalan lingkungan tertata berdasar blok plan, saluran drainase, jaringan listrik, jaringan PDAM, juga taman lingkungan, dan lainnya membuat harga tanahnya makin istimewa.
Apalagi jika fasilitas tersebut berada di tanah yang ada di kawasan perumahan. Dengan sendirinya, fasilitas standar dan penunjang tersebut membuat nilai ekonomisnya semakin tinggi.
Kenyataannya harga tanah bisa meningkat disebabkan oleh penguasaan tanah yang dilakukan beberapa pihak. Pihak-pihak tertentu ini biasanya adalah para pengembang, investor, serta kumpulan pemilik modal. Mereka bisa membeli lahan dalam skala ribuan hektare kemudian diolah dan dijual kembali.
Dengan begitu mereka bisa meraup keuntungan dua hingga tiga kali lipat berkat penjualan tanah. Semakin banyak pengembang dan investor yang melakukan ini maka harga tanah akan terus meningkat.
Permintaan pembangunan properti, terutama perumahan, menjadi salah satu faktor penyebab harga tanah meningkat. Pasalnya perkembangan properti di Indonesia terus meningkat, khususnya di Jakarta. Saat ini hampir semua jenis rumah diminati masyarakat. Mulai rumah subsidi, rumah tapak, maupun rumah komersial.
Permintaan properti yang melaju kencang ini turut ditunjang oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik dan meningkatnya investasi dalam sektor ini. Bukan hanya Jakarta, para pengembang juga banyak merambah daerah-daerah pinggiran Jakarta seperti Serpong, Cisauk, Depok, dan lainnya.
Enam tahun lalu bila harga tanah di Cisauk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat bisa dijual Rp 200 ribu per meter persegi, kini saat raksasa properti seperti Sinar Mas Land agresif membangun di kawasan itu, harga lahan melejit menjadi Rp 5 jutaan per meter persegi.
Tanah yang terletak di kawasan padat penduduk harganya juga akan cenderung terus meningkat. Hal ini diperkuat fakta bahwa tanah yang terletak di kawasan penduduk lazimnya menuai aktivitas pembangunan dan ekonomi lebih tinggi daripada kawasan yang kurang padat penduduk.
Semakin maju kawasannya maka semakin mahal harga tanahnya. Biasanya juga para pengembang akan berburu tanah di kawasan yang memang padat penduduk karena lebih laku dan mudah saat menjualnya.
Tanah yang berada di kawasan padat penduduk atau perumahan umumnya telah memiliki legalitas yang lebih lengkap dan aman. Legalitas di sini dalam bentuk Sertifikat Hak Milik (SHM).
Ternyata meningkatnya harga tanah juga dipengaruhi oleh keberadaan benda-benda yang terletak di atasnya. Benda-benda tersebut bisa berupa bangunan tertentu maupun tanaman yang bernilai ekonomis serta produktif.
Sebagian orang memang masih menyangsikan hal ini, tapi pada kenyataannya dengan adanya tanaman produktif dan ekonomis seperti kelapa, karet, kopi, cokelat hingga sawit terbukti mumpuni meningkatkan harga tanah. Apalagi jika tanaman tersebut bisa dibudidayakan dan menghasilkan keuntungan pula.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga rumah di berbagai daerah di Tanah Air terus naik. Akibatnya, masih banyak masyarakat yang sulit memiliki rumah.
Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan, harga rumah memang sulit turun. Itu karena semua harga bahan untuk pembuatan rumah juga naik, dari mulai harga besi, semen, hingga tanah.
"Harga tanah ini tidak pernah ada turunnya. Apalagi di perkotaan yang mana lahan itu sempit dan terbatas," ujarnya dalam Webinar Pembangunan Perumahan untuk Rakyat yang digelar Republika bekerja sama dengan Bank BTN, Selasa (24/10/2023).
Kemudian seiring perkembangan kota, beberapa daerah tidak lagi menjadi pinggiran tapi menjadi tengah kota. Maka, dia melanjutkan, harga tanahnya dipastikan naik, karena walau suplai besar, permintaannya juga masih tinggi.
Sayangnya, kata dia, kemampuan membeli masyarakat masih sangat terbatas. Sementara, kecenderungan pengembang perumahan menahan harganya agar bisa mengejar keuntungan lebih banyak.
Jadi, menurutnya, untuk mengejar backlog atau permintaan kebutuhan perumahan agar seimbang, caranya bukan dengan menurunkan harga rumah. "Kalau turun disinsentif bagi pengembang, kalau harga turun mereka (pengembang) tidak mau lagi bangun perumahan. Itu bahaya untuk kita," ujar Piter.
Ia menambahkan, para pengembang memang membutuhkan keuntungan untuk mengembangkan perumahan baru. Maka, dia melanjutkan, yang harus dipacu, yaitu bagaimana mendorong permintaan perumahan, bagaimana backlog yang ada dapat dipenuhi.
"Butuh rumah lebih tinggi lagi dari jumlah backlog," katanya. Kemudian, ujar Piter, bisa juga dengan cara meningkatkan bantu ke masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar bisa mengakses kepemilikan rumah.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat Pembukaan Musyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) XVII 2023 di Jakarta mengatakan, ada backlog 12,71 juta unit rumah. Sementara laju pertumbuhan keluarga baru yang membutuhkan rumah berkisar 700 ribu sampai 800 ribu keluarga per tahun.
- Pedagang rokok semakin bingung menjual barang dagangannya karena harga yang belum stabil. Harga per bungkus rokok putih terus mengalami kenaikan per minggunya sejak awal 2012.
Adapun kenaikannya hingga mencapai Rp 500 per bungkus.
"Iya bingung saya. Ini kenapa harga rokok terus naik yah? Bingung jualnya," kata pedagang rokok, Kosim ketika ditemui
di Pondok Kelapa, Jakarta, Rabu (25/1/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sejak awal 2012 rokok putih rata-rata dijual Rp 9.800 per bungkusnya kemudian naik menjadi Rp 10.000 di minggu ketiga Januari 2012. "Sekarang ada yang mencapai Rp 11.000 untuk Sampoerna Mild," jelasnya.
Meskipun mengalami kenaikan, namun tetap saja masyarakat tidak mengeluhkan adanya kenaikan harga tersebut.
"Yah baru naik Rp 500 ya pasti dibeli namanya juga rokok. Buat kebutuhan," kata Mukshin seorang pembeli rokok.
Berikut beberapa harga rokok eceran yang disampaikan Kosim berdasarkan harga agen:
Seperti diketahui, pemerintah menetapkan kenaikan cukai rokok di 2012. Untuk jenis rokok putih rata-rata naik 15-16%.
Berdasarkan data statistik kementerian perindustrian, produksi rokok tahun 2009 mencapai 245 miliar atau lebih tinggi dari tahun 2008 yang mencapai 240 miliar atau jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 225 miliar batang.
Dalam roadmap industri hasil tembakau produksi rokok dibatasi hanya 260 miliar batang per tahun mulai tahun 2015. Berikut ini jenjang prioritas industri rokok yaitu:
Pernahkah anda merasa bahwa semakin lama, harga barang dan jasa semakin naik?
Ingatlah masa-masa SD dulu, di mana harga bakso dijual dengan harga yang sangat terjangkau, bahkan bisa mencapai hanya 5.000 rupiah atau bahkan lebih murah lagi.
Namun, di tahun 2023 ini, harga bakso bisa mencapai 15.000 rupiah. Begitu pula dengan ongkos angkot, yang dulu hanya 2.000 rupiah, kini telah naik menjadi 5.000 rupiah.
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada bakso atau ongkos angkot, melainkan pada berbagai jenis barang dan jasa.
Permintaan dan Penawaran: Salah Satu Penyebab Utama Inflasi
Salah satu faktor utama yang menyebabkan inflasi adalah prinsip dasar ekonomi, yaitu hukum permintaan dan penawaran.
Jika permintaan akan suatu barang atau jasa meningkat, sementara penawarannya terbatas, maka harga barang tersebut akan cenderung naik.
Ini adalah refleksi dari mekanisme pasar yang menciptakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan.
Contoh konkret dari dampak hukum permintaan dan penawaran terhadap inflasi adalah fenomena demam "Korean Wave" yang melanda banyak negara, termasuk Indonesia.
Lihat Money Selengkapnya
Kopi robusta kembali mengalami kenaikan harga. Perubahan pola cuaca akibat permasalahan iklim disebut-sebut menjadi salah satu penyebabnya. Gelombang panas yang menyerang negara-negara eksportir komoditas tersebut, salah satunya Vietnam, membuat produksi kopi robusta tersendat.
Selain itu, faktor lainnya yang mendorong kenaikan harga robusta adalah permintaan global yang terus meningkat. Kopi robusta dengan cita rasa kuat dan pahit, banyak digunakan sebagai campuran di minuman seperti latte atau es kopi susu.
Pada 2024, harga kopi robusta terus merangkak naik. Paling tinggi tercatat pada 25 April 2024, yaitu mencapai US$4.304/ton.
Kopi Robusta di Indonesia
Pada 2022, produksi kopi di Indonesia mengalami penurunan 1,43% dari tahun sebelumnya. Sumatra Selatan menjadi provinsi dengan tingkat produksi paling tinggi, yaitu mencapai 26,85% dari produksi nasional.
Di posisi kedua, Lampung memproduksi 14,68% dari total produksi nasional. Urutan ketiga disusul oleh Sumatra Utara dengan 11,16%, Aceh dengan 9,08%, dan Bengkulu dengan 7,72%. Produksi sisanya ditopang oleh provinsi-provinsi lain di Indonesia.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Provinsi Bengkulu Muhammad Rizon, menyampaikan bahwa harga kopi robusta di daerahnya mencapai Rp60.000-Rp70.000 per kilogram pada Juli 2024. Rizon menyebut harga tinggi ini akan terus berlangsung hingga 2025 jika penurunan produksi terus terjadi di negara penghasil kopi.
Robusta merupakan jenis kopi yang paling banyak diproduksi di Indonesia. Pada 2022, kopi jenis ini juga paling banyak diekspor ke negara lain. Totalnya mencapai 86,13% dari total ekspor kopi. Sementara itu, ekspor kopi Arabika mencapai 11,10%. Jenis kopi lainnya hanya memenuhi ruang ekspor sebanyak 0,86%.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil dan pengekspor kopi terbesar di dunia. Indonesia berada di peringkat 3, tepat di bawah Brazil dan Vietnam.
Pada 2023, Indonesia paling banyak mengekspor kopi ke Amerika Serikat dengan total 36.625,6 ton.
Meskipun masih menjadi tujuan ekspor terbesar, jumlah kopi yang diekspor ke Amerika mengalami penurunan cukup drastis. Pada 2022, kopi yang diekspor mencapai 55.810,2 ton. Jumlah ekspor kopi pada 2006 menjadi yang tertinggi, yaitu 85.503,2 ton.
Berada di posisi kedua, Mesir menerima ekspor kopi Indonesia sebanyak 32.047,8 ton pada 2023. Penurunan jumlah ekspor juga terjadi di negara ini. Kemudian, di posisi ketiga terdapat India dengan volume ekspor kopi sebanyak 23.811,3 ton.
Hanya ekspor kopi ke Belanda dan Denmark yang mengalami kenaikan. Pada 2022, ekspor kopi ke Belanda sebanyak 3.598,0 ton dan menjadi 3.795,0 ton pada 2023. Sementara itu, ekspor kopi ke Denmark hanya 19,3 ton. Meningkat menjadi 71 ton pada 2023.
Baca Juga: 5 Jenis Kopi Favorit di Indonesia, Lebih Banyak Kopi Manis?
BusisnessNewsIndonesia – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp15.575 per dolar AS pada
spot Rabu (15/4) sore. Posisi ini menguat 70 poin atau 0,45 persen dari Rp15.645 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi tadi.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.707 per dolar AS atau menguat dari Rp15.722 per dolar AS pada Selasa (14/4).
Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia pada sore ini. Diikuti baht Thailand menguat 0,03 persen, peso Filipina 0,1 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.
Sedangkan mata uang Asia lainnya rontok dari dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,62 persen, rupee India minus 0,21 persen, yuan China minus 0,17 persen, yen Jepang minus 0,13 persen, ringgit Malaysia minus 0,1 persen, dan won Korea Selatan minus 0,01 persen.
Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, seluruhnya masuk ke zona merah. Dolar Australia melemah 1,66 persen, rubel Rusia minus 1,34 persen, dolar Kanada minus 0,94 persen, poundsterling Inggris minus 0,86 persen, euro Eropa minus 0,41 persen, dan franc Swiss minus 0,36 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS berhasil menguat dari mayoritas mata uang karena pasar merespons positif program pinjaman bank sentral AS, The Federal Reserve yang dirilis tadi malam.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump juga berencana membuka kembali penutupan akses wilayah (lockdown) pada 1 Mei 2020 ketika kasus kematian akibat pandemi virus corona atau covid-19 menurun.
“Namun, investor seperti tetap berhati-hati akan potensi yang bisa terjadi,” kata Ibrahim kepada CNNIndonesia.com. Dari dalam negeri, Ibrahim menduga penguatan rupiah berasal dari data ekspor yang turun tipis 0,2 persen. Sementara impor turun 0,75 persen.
“Ini lebih landai dari konsensus pasar yang mencapai minus 8,24 persen,” ujarnya. (RB)